Kamis, 29 November 2012

Noken Diharapkan Jadi Warisan Dunia Media Indonesia - Jumat, 30 Nov. 2012 Tas Tradisional dari Papua


 

Noken Diharapkan Jadi Warisan Dunia Media Indonesia - Jumat, 30 Nov. 2012
Tas Tradisional dari Papua

JUMAT, 30 NOV. 2012 - SITA BLOG: Setelah didaftarkan selama 4 tahun sebagai warisan dunia, noken (tas tradisional masyarakat Papua) akan dibahas dalam siding UNESCO pada 4 Desember mendatang di Paris, Prancis.

Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Wiendu Nuryanti mengutarakan pembahasan itu akan dihadiri sekitar 1.000 peserta dari 189 negara. “Ya, noken telah diajukan proses pendaftarannya sebagai warisan dunia pada 4 tahun lalu.”

Ia mengutarakan setiap tahun ada revisi untuk memenuhi persyaratan. “Sebagai calon warisan dunia, fungsi noken di Papua menjaga kerekatan social masyarakat dan menyeimbangkan perkembangan masyarakat dengan globalisasi dan modernisasi,” katanya saat jumpa pers di Jakarta, kemarin.

Noken

Ia mengutarakan tim penyusun dokumen ilmiah noken sudah bekerja untuk menghadapi persidangan itu, termasuk tokoh penggagasnya dari Papua, Titus Pekei dan Yulianus Kuayo.

Menurut Wiendu, jika pada siding UNESCO itu noken resmi diakui sebagai warisan dunia, pihaknya akan melibatkan desainer Indonesia untuk memodifikasi noken yang dapat dimanfaatkan untuk lebih menyejahterakan mesyarakat Papua.

Titus Pekei, yang hadir pada acara itu, menjelaskan arti noken dalam bahasa Indonesia ialah tas sebagai wadah dan meyimpan isi barang yang turun-temurun diwariskan dari 200 suku di seluruh Papua.


“Noken menjadi sentral dan nama noken menjadi pemersatu. Noken merupakan warisan dari kebudayaan Papua,” kata Titus.

Ia berharap, pada siding itu noken dapat ditetapkan menjadi warisan dunia oleh UNESCO. Dengan demikian, hal itu menjadi upaya perlindungan noken sebagai warisan budaya dan juga Indonesia.

“Semoga noken resmi menjadi warisan dunia dan di Papua. Bertepatan pada siding, 4 Desember akan ditetapkan menjadi hari noken sebagai edukasi yang berkarakter, symbol pemersatu,” cetus Titus.

Ia menjelaskan, meski yang membuat noken umumnya kaum ibu atau perempuan, filosofinya pada manusia Papua telah menyatu.

“Kaum ibu amat berperan membuat noken yang melambangkan kesuburan perempuan. Namun, noken melambangkan harga diri,” tukasnya. (bay/H-1)      

Tidak ada komentar:

Posting Komentar