ATRAKSI DEBUS BANTEN
Atraksi Debus Banten-1 |
Aksi Para Manusia Super
SELASA, 20 NOV. 2012 - SITA BLOG: Seraaammm! Itulah kesan yang muncul
saat Anda menyaksikan pertunjukan debus. Sebuah atraksi unik dan langka yang
hanya ada di Banten. Debus merupakan paduan beragam jenis pencak silat dan
musik tradisional dengan unsur magis yang kental. Menyaksikan debus, layaknya
melihat para Superman yang kebal terhadap benda tajam dan tak hangus dilalap
api. Tak heran bila tradisi khas Banten ini bukan hanya populer di Indonesia,
tapi sampai ke belahan dunia lain.
Kentalnya unsur magis dan religius
pada debus, tak lepas dari lahirnya tradisi ini yang sudah ada sejak abad
ke-16. Saat Banten dipimpin oleh Sultan Maulana Hasanuddin. Debus dipergunakan
sebagi alat bagi para ulama untuk menyebarkan ajaran agama Islam di Banten dan
sekitarnya. Ini cukup beralasan, mengingat kerasnya karakter orang Banten yang
masih terasa hingga kini. Ketika Belanda memasuki Banten, debus juga hadir
untuk mengobarkan semangat jihad para pejuang Banten dalam melawan penjajah.
Kini, debus muncul dengan wajah lain. Atraksi ini dikemas apik sebagai tontonan
menarik yang dapat dikonsumsi oleh wisatawan.
Sesaat sebelum pertunjukan, para
pemain biasanya akan melakukan ritual khusus untuk menyiapkan diri dengan
berpuasa dan berdoa agar diberi keselamatan saat melakukan pertunjukan nanti,
minimal 2 hari sebelumnya. Umumnya para pemain memiliki skill pencak silat.
Tapi, bukan berarti semua pesilat bisa bermain debus karena ada keterampilan
khusus lain yang harus dimiliki.
Pertunjukan
debus, diawali dengan gembung (pembukaan) di mana seluruh pemain membaca
shalawat (puji-pujian) kepada Nabi Muhammad dan dzikir dengan diiringi
tetabuhan. Setengah jam kemudian, lantunan pujian itu semakin keras dan saling
bersahutan. Tahapan ini disebut beluk. Seiring dengan tahapan tersebut, para
pemain debus pun mulai beraksi. Menusuk perut dengan tombak, mengiris tangan
dengan golok, melahap api, menusuk lidah atau kulit pipi dengan kawat tanpa
mengeluarkan darah (kalaupun berdarah, dapat lansung sembuh hanya dengan sekali
usapan tangan!), semua itu hanyalah beberapa dari sekitar 24 atraksi
spektakuler yang sering ditampilkan. Memang terlihat sangat mengerikan! Tapi,
justru inilah yang menjadi daya tariknya.
Atraksi Debus Banten-5 |
Baduy Nan Eksotik
Di
kalangan peneliti atau para antropolog, Desa Budaya Baduy yang berada di
kawasan Desa Kanekes, Kec. Leuwi Damar, Lebak, menjadi magnet tersendiri.
Kehidupan mereka yang masih tradisional dan unik menjadi daya tarik istimewa
untuk diamati dan dipelajari. Berkat mereka, kini Desa Kanekes menjadi terkenal
dan kini telah ditetapkan sebagai objek wisata yang dapat dikunjungi oleh para
wisatawan.
Untuk
menuju Desa Budaya Baduy, Anda terlebih dahulu harus menuju Rangkas Bitung.
Kemudian, melanjutkan perjalanan ke Ciboleger, yang berada sekitar 38 kilometer
dari Rangkas Bitung. Sebenarnya ada sejumlah ?pintu? untuk memasuki kawasan
Baduy ini. Namun, Ciboleger telah ditetapkan menjadi gerbang utama oleh
pemerintah daerah setempat. Kondisi jalan, umumnya sudah baik. Tapi, di beberapa
lokasi cukup curam dan rawan akan tanah longsor. Jadi berhati-hatilah.
Sebelum
memasuki Baduy, para wisatawan harus memberitahukan kedatangan sekaligus
meminta izin kepada Kepala Desa. Selanjutnya, perjalanan pun bisa dimulai. Ada
dua pilihan untuk menjelajah kawasan Baduy. Bila memiliki waktu yang banyak
atau lebih dari sehari, Anda bisa menjelajah hingga ke desa Cibeo, Cikertawana
atau Cikeusik atau yang dikenal dengan kawasan Baduy Dalam. Jaraknya sekitar 12
kilometer dari Ciboleger dan harus ditempuh dengan berjalan kaki. Sedangkan
bagi yang tidak memiliki keleluasaan waktu, Desa Gajeboh yang berada 3,5
kilometer atau sekitar 2 jam perjalanan dari Ciboleger, bisa menjadi tujuan
perjalanan.
Bagi
Anda yang baru pertama kali mengunjungi tempat ini, jasa pemandu akan sangat
berguna. Untuk mendapatkannya, Anda bisa meminta bantuan para pemandu yang
biasa berkumpul di sekitar terminal Ciboleger. Kemudian bila barang Anda dirasa
terlalu banyak dan bakal menyulitkan dalam perjalanan, jasa porter juga patut
dipertimbangkan. Yang perlu diperhatikan sebelum memasuki wilayah Baduy, ada
sejumlah aturan khusus yang berlaku. Salah satunya adalah, hanya mereka yang
berperawakan Melayu (berkulit atau bermata coklat) yang diizinkan masuk ke
Baduy Dalam. Sedangkan, orang Kaukasus (Eropa) atau mereka yang berwajah
Tionghoa tidak diperbolehkan masuk. Mereka hanya diizinkan memasuki kawasan
Baduy luar atau sampai di Kampung Gajeboh. Dalam perjalanan, Anda akan melewati
jalan setapak di tengah hutan dan perkampungan masyarakat Baduy. Jadi, sepatu
olahraga atau trekking sangat disarankan untuk digunakan.
Selama
perjalanan, Anda bisa menyaksikan para wanita Baduy yang sedang menenun kain,
para pria yang pulang dari ladang sambil memanggul buah-buahan atau anak-anak
yang lugu dan menggemaskan sedang bermain di depan rumah mereka.
Saran bagi yang hobi foto-foto
Selama
berada di kawasan Baduy Luar, Anda masih diperbolehkan memotret orang atau
suasana perkampungan Baduy. Kecuali satu, sebuah rumah adat yang berada tak
jauh dari jembatan bambu di Kampung Gajeboh. Sedangkan, bila Anda berada di
kawasan Baduy dalam, sama sekali tidak diperbolehkan memotret. Patuhi aturan
ini.
Tenun Baduy
Masyarakat
Baduy memang layak dikatakan sebagai masyarakat madani. Dengan berprinsip hidup
dari apa yang ada di alam, mereka pun berusaha segala kebutuhannya dengan
caranya sendiri tanpa banyak bergantung kepada orang lain. Secara tak langsung,
hal ini memaksa mereka untuk berkreasi menciptakan sesuatu guna memenuhi
kebutuhan hidup.
Bagi
kaum wanita Baduy -baik Baduy Luar maupun Dalam- menenun telah menjadi bagian
pekerjaan rutin sehari-hari. Kegiatan ini sudah berlangsung turun temurun dan
masih dilakukan sampai sekarang. Biasanya para wanita akan menenun di siang
hari; setelah memasak, membenahi rumah, mengurus anak, mencari kayu bakar, dan
pergi ke ladang. Dengan begitu, keluarga mereka dapat mengenakan pakaian untuk
melindungi tubuh maupun untuk kelengkapan upacara adat. Jadi, saat menjejalajah
kawasan Baduy di siang hari, Anda akan menyaksikan para wanita Baduy tengah
bekerja di beranda rumah.
Dulu,
kain atau sarung Baduy dibuat dari dari kapas dan melalui proses yang sangat
rumit. Kini, mereka telah menggunakan bahan dan teknik pengerjaan yang lebih
singkat. Kalau dulu untuk membuat satu kain atau sarung bisa membutuhkan waktu
sekitar seminggu atau lebih, kini bisa lebih singkat, hanya 4-7 hari. Namun
prosesnya tetap menggunakan peralatan tenun tradisional.
Untuk
warga Baduy Dalam, warna putih polos menjadi warna dominan busana yang mereka gunakan.
Selain sebagai simbol kesucian atau kebersihan, aturan adat memang melarang
menggunakan pakaian dari luar dengan warna yang beraneka ragam. Sedangkan kain
maupun selendang buatan warga Baduy Luar memiliki warna yang lebih variatif.
Selain warna hitam dan biru, warna kuning, oranye, merah, biru terang, abu-abu
dan putih juga terlihat dalam kreasinya. Motif kainnya sederhana, berupa
kotak-kotak kecil. Kain atau selendang inilah yang mudah dijumpai dan bisa
dimiliki oleh para wisatawan. Selendang atau kain ini ditawarkan dengan harga
antara Rp.30.000,- sampai Rp.70.000,- .
Selain
hasil tenun, warga Baduy juga kerap membuat kantong layaknya tas yang dikenal
dengan Koja atau Jarog. Benda ini dibuat dari bahan kulit kayu teureup (ardisia
elastica) yang dihaluskan dan kemudian dirajut. Warnanya yang coklat tua adalah
hasil pewarna alami, dari larutan kulit pohon Salam (eugenia cumini). Kriya ini
dijual dengan harga dari Rp.30.000,- sampai Rp.50.000,- , tergantung besar
kecilnya ukuran.
Baju
orang Baduy Luar, belakangan juga menjadi barang yang kerap ditawarkan kepada
para wisatawan. Ditawarkan seharga Rp. 40.000,- sampai Rp.50.000,-, baju ini
berwarna hitam, berlengan panjang dan berkancingkan dari bahan batok kelapa.
Pesona Pantai Anyer Hingga Tanjung Lesung
Sesaat
setelah memasuki daerah Pasar Anyer, pesona pantai utara Banten mulai terasa.
Perarian Selat Sunda yang nampak di sebelah kanan, akan membuat perjalanan Anda
terasa makin asyik. Di sepanjang jalan raya, pantai terasa dekat dan diselingi bangunan
berupa hotel maupun perumahan. Pemandangan ini terus berlanjut hingga tiba di
sebuah tanjung yang dikenal dengan nama Tanjung Lesung.
Memang
banyak spot di tepian pantai yang telah dibatasi oleh resor maupun hotel.
Namun, Anda yang tidak menginap di hotel seperti itu, tak perlu khawatir. Masih
banyak pantai yang masih berstatus public area yang bisa disinggahi dengan
bebas. Misalnya pantai di sekitar bangunan mercu suar Anyer atau Pantai Patra
Sambolo.
Lebih
jauh lagi ke arah Carita, Wisata Pantai Cibeureum, Carita, Pantai Ekowisata
Banten, Pantai Pasir Putih Carita dan Karang Bolong, pantai yang paling
terkenal sejak dulu karena terdapat karang besar yang berlubang, dan belasan
pantai lainnya juga asyik untuk disinggahi. Sementara itu, di kawasan Labuan
hingga Tanjung Lesung, suasana pantainya terasa lebih sepi dan natural.
Singkatnya, Anda bisa singgah di tepi pantai manapun, sesuka hati. Selama
perjalanan, hamparan areal sawah yang luas dan dibatasi pegunungan hijau di
sisi kiri jalan akan menambah keindahan panorama alam. Saat bersantai sambil
meresapi panorama pantai yang indah, nikmati pula segarnya air kelapa atau
sajian seafood yang cukup banyak tersedia di rumah makan-rumah makan yang ada
di sekitar pantai. Pasti, liburan Anda makin terasa lengka, deh. [Sumber: tamasya]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar