Jumat, 25 Januari 2013

Tour Kota Pangkalpinang



BANGKATOUR - Pangkalpinang adalah kota terbesar di Bangka yang menjadi gerbang untuk menikmati seluruh keindahan Bangka Belitung. Pangkalpinang, kota berpenduduk sekitar 134.000 jiwa. Secara etimologis Pangkal atau Pengkal dalam bahasa Melayu bermakna pusat atau awal, merujuk pada peran kota ini sebagai pusat industri pertambangan timah. Sedangkan kata Pinang merujuk pada tempat ini yang ditumbuhi pohon palem.

Pangkalpinang terletak di sebelah timur Pulau Bangka. Sekarang kota ini telah berkembang pesat menjadi pusat perdagangan, pusat pemerintahan dan pusat industry terbesar di Babel.
Banyak objek wisata menarik yang menjadi tujuan tour fovorit wisatawan yang berkunjung ke kota ini. 

Souvenir Shop
Sebagai kota utama di Bangka Belitung, Pangkalpinang bisa Anda nikmati dengan melakukan city tour. Tidak dibutuhkan waktu yang cukup lama untuk sekedar berkeliling mengetahui seluk-beluk kota yang sedang berkembang ini. Setelah tiba di Bandara Depati Amir, Anda bisa langsung meluncur ke pusat kota atau berkeliling sejenak melewati komplek perkantoran pemerintah provinsi Bangka Belitung.

Sebagai gerbang utama kepulauan Bangka Belitung, banyak tempat shoping yang bisa Anda pilih untuk mencari barang-barang khas dari daerah ini. Anda dapat berbelanja di pasar modern Bangka Trade Center (BTC), yang cantik dan bersih. Sedangkan untuk souvenir shop Anda tak perlu khawatir, karena tokok-toko souvenir dan oleh-oleh khas Bangka Belitung hampir semuanya tersedia disepanjang kawasan strategis kota. 

Kerajinan Kain Cual Ishadi
Kain Cual atau dikenal juga sebagai batik cual, adalah kain khas Bangka Belitung. 

Museum Timah
Meseum Timah yang terletak kota Pangkalpinang ini adalah satu-satunya museum timah terbesar di Indonesia. Mesum Timah Indonesia ini terletak persis di Jantung kota, tepatnya di Jalan Jenderal Achmad Yani No. 17, Pangkalpinang.
Museum ini menyimpan beragam koleksi besar benda-benda terkait tambang timah dan merupakan satu-satunya museum pertambangan di Asia. Bangunan museum ini adalah bangunan bersejarah, karena pernah digunakan sebagai tempat Perundingan Roem-Royen.
 
Pantai Pasir Padi
Pantai Pasir Padi merupakan salah satu pantai yang paling indah di kota Pangkalpinang. Di pantai ini juga terkenal karena memiliki restaurant seafood yang lezat. Khusus pada hari-hari libur pantai ini sangat ramai dikunjungi oleh masyarakat setempat. Letaknya yang cukup dekat dari pusat kota, hanya sekitar 7 km, menjadikan pantai pasir padi sebagai okjek wisata favorit yang tak pernah sepi.
Pantai ini adalah tempat sempurna untuk menikmati pesona matahari terbit bersama pasir putih, laut biru yang jernih dan ombak yang tenang. Ketika air surut, Anda dapat berjalan ke Pulau Punan dan bermain-main di perairannya yang tenang. Tidak terlalu jauh dari Pantai Pasir Padi, sekitar 2,5 km, dapat Anda kunjungi pula Pantai Tanjung Bunga yang merupakan pantai datar dihiasi serentetan formasi batu-batu besar yang cantik.
 
Kuil Kwan Tie Miaw
Kota Pangkalpinang sangat kental dengan nuansa China. Menurut sejarah interaksi antara masyarakat China dan melayu, memang sudah terjalin sejak awal 1770. Tidak heran sekarang kota ini menyimpan sejumlah kuil tua yang eksotis. Salah satunya adalah Kuil Kwan Tie Miaw.

Kuil Kwan Tie Miaw berdiri gagah di Jalan Walikota Syarif Rachman. Dulu kuil ini disebut Kuil Kwan Tie Bo dan menjadi salah satu kuil tertua yang di bangun tahun 1841, bersama dengan pasar Mambo. Kawasan tersebut merupakan Kampung China, di Pangkalpinang. Berbagai upacara tradisional China seperti ritual Pot Ngin Bun yaitu untuk menolak bala dan segala wabah penyakit yang mewabah sering di gelar di kawasan kuil ini.

Obyek wisata dekat Pangkal Pinang

Pantai Matras

Pantai Matras
Pantai Matras terletak di Desa Sinar Baru, Kecamatan Sungailiat, sebelah timur Pulau Bangka 40 km dari Pangkalpinang dan 7 km dari Kota Sungailiat. Pantai Matras sering disebut Pantai Surga karena keindahannya, Pantai Matras memiliki hamparan pasir putih bersih sepanjang 3km dengan lebar 20-30 meter. Selain itu Pantai Matras juga di latar belakangi oleh pepohonan kelapa dan aliran sungai dengan aliran air yang sangat jernih. 

Diantara Pantai-pantai lain di Bangka, Pantai Matras adalah pantai yang banyak dikunjungi oleh wisatawan, baik domestik maupun Mancanegara. Di sekitar Pantai Matras juga telah dibangun beberapa penginapan seperti bungalow sederhana, hotel, layanan tour dan travel serta tempat-tempat hiburan yang sangat tepat untuk beristirahat sambil menikmati keindahan Pantai Matras. 

Selain itu juga banyak terdapat pusat-pusat penjualan souvenir dan makanan khas Bangka seperti Kemplang panggang, Kerupuk ikan, Keretek ikan/cumi, Rusip, Belacan/Trasi dan masih banyak lagi. Pantai Matras adalah tempat yang layak dikunjungi bila berkuncung di Bangka Belitung. (utiket.com)

Kamis, 03 Januari 2013

Mengunjungi Desa Bawomataluo di Nias


BARRY KUSUMA | Dalam bahasa Nias, Bawomataluo berarti bukit matahari. Dinamakan demikian karena desa ini terletak di ketinggian 400 meter di atas bukit.
RABU, 2 JANUARI 2013 - KOMPAS.com - Desa Bawomataluo ini sudah didaftarkan World Heritage di UNESCO sejak 2009 sebagai warisan budaya dari Indonesia. Desa ini adalah desa adat sekaligus desa budaya yang cukup dikenal di Kabupaten Nias Selatan, Sumatera Utara. Untuk mencapai desa ini, diperlukan perjalanan darat selama 3 jam dari Gunung Sitoli menuju pesisir pantai selatan Nias.

Dalam bahasa Nias, Bawomataluo berarti bukit matahari. Dinamakan demikian karena desa ini terletak di ketinggian 400 meter di atas bukit. Di desa yang berhawa sejuk ini kita bisa melihat banyak rumah adat Nias Selatan yang masih terjaga.

Ternyata Desa Bawomataluo adalah ibu kota desa-desa adat yang tersebar di Nias. Konon, desa ini sudah ada sejak zaman megalitikum. Peninggalan zaman itu bisa kita lihat dari sebuah bangunan kuno dan bebatuan besar di salah satu rumah adat Raja Nias yang ada di sini.

Keunikan lainnya, desa ini terlihat seperti sebidang lahan luas yang rata dengan batu, yang dipenuhi deretan rumah-rumah penduduk yang saling berhadapan. Dari tangga masuk desa, kita bisa langsung melihat deretan rumah penduduk. Di antara rumah penduduk itu, rumah Raja Nias terletak di sebelah kiri. Sedangkan deretan rumah adat penduduk dan sebuah balai desa berada di sebelah kanan.

Meskipun telah berusia ratusan tahun, bangunan-bangunan itu masih utuh dan terjaga dengan baik. Bangunan-bangunan itu tidak pernah direnovasi kecuali atap rumah yang diganti dengan seng agar lebih awet.

Wisatawan tidak dipungut biaya untuk masuk ke desa ini. Namun, terlebih dahulu kita harus melapor kepada ketua adat setempat. Dari sana kita akan dijelaskan tentang sejarah desa adat tersebut. Tidak ada larangan khusus saat mengunjungi desa ini, selain meminta izin dan berpakaian sopan. (Barry Kusuma)
Ikuti twitter Kompas Travel di @KompasTravel
 
Sumber :
Editor :
I Made Asdhiana

9.000 Wisatawan Merayakan Tahun Baru di Trawangan


KOMPAS IMAGES/I MADE ASDHIANA Wisatawan tiba di Gili Trawangan, Lombok, Nusa Tenggara Barat.
RABU, 2 JANUARI 2013 | 14:45 | MATARAM, KOMPAS.com - Sekitar 9.000 wisatawan mancanegara maupun nusantara merayakan Tahun Baru 2013 di obyek wisata Gili Trawangan di Kabupaten Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat.

Kepala Dinas Perhubungan Pariwisata Komunikasi dan Informasi Kabupaten Lombok Utara, Sinar Wugiarno di Tanjung, Rabu (2/1/2013), mengatakan para wisatawan itu datang ke obyek wisata bahari tersebut  pada 30 dan 31 Desember untuk merayakan malam tahun baru di Gili Trawangan.

"Ribuan wisatawan itu datang ke Gili Trawangan menggunakan kapal cepat dari Bali untuk merayakan malam tahun baru, kemudian ada yang kembali lagi ke Pulau Dewata. Namun sebagian ada yang menginap di Trawangan," ujarnya.

Sinar mengatakan, sebagian wisatawan tidak bisa menginap di Gili Trawangan karena kamar hotel sudah penuh. Kamar hotel di obyek wisata itu penuh hingga 5 Januari 2013. Banyak wisatawan yang menghabiskan masa libur mereka di tempat wisata tersebut.

Pada perayaan tahun baru, Pemkab Lombok Utara menggelar berbagai kegiatan antara lain Gili Begawe yang dihajatkan menjadi media promosi sekaligus memperkenal obyek wisata Tiga Gili sebagai destinasi wisata unggulan dengan keindahan panorama alam bawah laut dan pesona kearifan lokal yang tetap lestari.
"Gili Begawe juga ditujukan untuk berbagai kegembiraan sekaligus memeriahkan momentum pergantian tahun bersama masyarakat dan wisatawan yang pada acara pergantian tahun itu dipadati wisatawan," katanya.

Acara itu, menurut Sinar, merupakan upaya pencitraan positif tentang Tiga Gili yang tidak hanya memiliki keindahan alam, namun juga ada kebersamaan dengan masyarakat dan pemerintah. Angka kunjungan wisatawan ke Gili Trawangan pada 2012 mencapai 400.000 orang, baik wisatawan mancanegara maupun nusantara. Para wisatawan itu datang menggunakan kapal cepat dari Bali dan melalui Pelabuan Bangsal dan Teluk Nara di Kecamatan Pemenang.
 
Kabupaten Lombok Utara memberikan sumbangan sekitar 40 persen dari total kunjungan wisatawan ke Provinsi NTB sebanyak satu juta  orang  selama 2012 sebagaimana yang ditetapkan dalam program unggulan Visit Lombok Sumbawa (VLS).

"Kami optimistis akan mampu menyumbang lebih banyak lagi kunjungan wisatawan pada VLS jilid II 2015 dengan target kunjungan sebanyak dua juta orang," ujarnya.

Ikuti twitter Kompas Travel di @KompasTravel
 
Sumber : Antara
Editor : I Made Asdhiana

Keunikan Desa Madobak, Ugai, dan Matotonan


 
 
DOK INDONESIA.TRAVELDesa Madobak, Ugai, dan Matotonan memiliki keunikan budaya masing masing. 

Kamis, 3 Januari 2013 | 15:07 WIB - KOMPAS.com - Desa Madobak, Ugai dan Matotonan sebenarnya tidak didesain untuk destinasi wisata, tapi budaya tradisional dan hidup mereka sangat lestari dan unik, membuat desa ini menarik perhatian wisatawan.

Terletak di hulu sungai Siberut Selatan. Untuk mencapai desa ini mulailah dari Muara Siberut, Anda harus mengambil rute Purou-Muntei-Rokdok-Madobak-Ugai-Butui-Matotonan. Setiap desa memiliki keunikan budaya masing masing.

Madobak, contohnya sangat terkenal dengan air terjun Kulu Kubuk yang dingin. Air terjun ini memiliki dua tingkatan dengan tinggi 70 meter. Setiap desa juga terkenal dengan rumah tradisionalnya, secara lokal dikenal dengan Uma, dan upacara tradisionalnya yang dipentaskan oleh Sikerei atau Shaman.

Upacara tradisional ini biasanya dipentaskan selama pesta pernikahan dan memasuki rumah baru, tujuannya untuk mengusir roh-roh jahat. Shaman di ketiga desa ini masih setia mengenakan celana dalam dan ikat kepala (Luat) yang terbuat dari manik-manik berwarna-warni.

Beberapa penduduk lokal masih memiliki tato tradisional Mentawai yang terbuat dari tebu dan pewarna arang kelapa. Tato ini dibuat dengan menggunakan paku dan jarum dan dua buah kayu sebagai bantalan dan palu. Menurut penduduk lokal, proses membuat tato ini sangat menyakitkan.

Berkeliling
Mengunjungi ketiga desa ini merupakan pengalaman yang luar biasa. Kehidupan alami mereka dapat terlihat dari rumah kayu Uma, sagu yang diproses menjadi makanan pokok mereka, kapal motor di pinggir sungai dan budaya lokal mereka yang beraneka ragam. Di pedesaan ini, penduduk menggunakan kayu untuk memasak. Melihat penduduk mengambil sagu dengan ember mereka merupakan kegiatan menarik untuk disaksikan. Selain mengunjungi air terjun Kulu Kubuk di desa Madobak atau area  perbatasan Taman Nasional Siberut di desa Matotonan, pengunjung dapat berinteraksi dengan kehidupan keseharian masyarakat lokal dan berpartisipasi dalam upacara tradisional mereka.

Transportasi
Anda bisa mengunjungi pedesaan ini melalui Sungai Rereget. Sungai ini merupakan jalan menuju hulu dari pantai di Muara Siberut. Dengan waktu sekitar 3 jam untuk sampai ke Madobak, 4 jam ke Ugai dan lima atau 6 jam ke Mototona dengan menggunakan kapal motor.  Selama musim ramai, waktu perjalanan akan sedikit singkat. Anda disarankan untuk menggunakan kapal motor yang kecil yang dikenal dengan pompong.
Jarak antara Muara Siberut dan Matotonan, merupakan desa paling terpencil, sekitar 40 km. Sayangnya, Sungai Rereget berliku-liku dan menanjak. Anda bisa melihat pohon-pohon sagu di kedua belah sisi sungai.
Untuk mengunjungi Muara Siberut dari pintu kedatangan di Bandara Internasional Minangkabau, Sumatera Barat, pengunjung harus ke pelabuhan Muara Padang dengan menggunakan bus. Dari sana, pengunjung menggunakan kapal motor untuk menyeberang Samudera Hindia menuju Pulau Siberut.

Jadwal kapal dari Padang ke Siberut hanya dua kali seminggu yakni Minggu malam (kapal Sumber Rezeki Baru) dan Kamis malam (kapal Simasin) perjalanan ini sekitar satu hari berarti kapal kembali ke Padang pada hari Selasa dan Jumat malam. Harga tiket Rp 105.000 sampai Rp 125.000.
Selain itu juga, ada kapal tambahan beroperasi pada minggu pertama dan kedua setiap bulan. Kapal Ambu-Ambu berangkat pada Sabtu malam dari Muara Padang dan kembali dari Siberut ke Padang pada Minggu malam. Jika Anda mengambil jalan dari Tuapejat, yang merupakan ibu kota dari distrik Mentawai maka dari Bandara Internasional Minangkabau, Anda bisa menyewa pesawat kecil seperti Tiger Air atau SMAC ke Tuapejat di Pulau Sipora. Setelah itu, Anda bisa menyewa kapal untuk perjalanan sekitar 3 sampai 4 jam ke Muara Siberut.
 
Ikuti twitter Kompas Travel di @KompasTravel
Sumber :
Editor :
I Made Asdhiana

Rabu, 02 Januari 2013

Sukses di Bali, 10 Pelukis Asal Ambarawa Gelar Pameran

AMATI LUKISAN: Pengunjung mengamati lukisan karya Kelompok Sepuluh Ambarawa yang dipamerkan di Pendapa Kecamatan Ambarawa, Jumat (28/12). (suaramerdeka.com/Ranin Agung)
AMBARAWA, 28 Desember 2012 | 12:14 wib - suaramerdeka.com - Sebanyak 10 pelukis asal Ambarawa, Kabupaten Semarang yang sukses berkarya di Pulau Bali menggelar pameran bersama di Pendapa Kecamatan Ambarawa. Kegiatan yang bertajuk Reuni Kelompok Sepuluh Ambarawa sengaja dikemas sederhana dengan memanfaatkan luas pendapa yang masih utuh bercorak joglo.  Ketua Panitia, Guton Suparmin mengatakan, pihaknya berencana akan menggelar pameran bersama hingga 29 Desember 2012. Selain pameran lukisan, seniman lukis juga meluncurkan buku berjudul Langkah-langkah Perupa Ambarawa era 70-an sampai 2012. "Semua karya kami baik yang dilukis di Ambarawa maupun di Bali kami pamerkan semua di sini, dengan maksud agar masyarakat mengetahui dan ingin belajar melukis," katanya, Jumat (28/12).
Ke sepuluh pelukis yang tergabung dalam Sanggar Gedong Songo, meliputi Madi Kertonegoro, Suparmin, Untung, Dullah, Dillah, M Japin, Dibyo, Gunadi Anggara, Sulis, dan Ngatiman. Seiring dengan perjalanan waktu, pelukis Ambarawa lainnya seperti Agus Konyil, Nusa Adi, Bambang, Karno Gugat, Totok (Saptono), dan Tony (Ping Swie) pun ikut meramaikan dengan berkarya sesuai dengan aliran masing-masing.
"Dari aliran nyleneh karya Agus Konyil hingga Bambang dengan aliran representatif dan aliran gugat yang biasa dianut Karno Gugat bisa dijadikan tetenger bila di Ambarawa juga ada seniman lukis. Pasalnya saat ini, banyak orang yang tidak tahu bahkan menutup mata dengan keberadaan pelukis asal Ambarawa," jelasnya.
Ditambahkan, usai menggelar pameran bersama di Pendapa Kecamatan Ambarawa rencananya para seniman lukis Ambarawa akan menggelar bursa lukisan di area Bandungan Indah (Taman Rekreasi PJKA Bandungan) selama satu bulan mulai 1 Januari 2013 mendatang.
Devi Puspitasari Wihardjo (30), salah satu pengunjung pameran mengungkapkan, dirinya bisa melihat kekompakan dari pelukis Ambarawa. Menurut dia, hal tersebut dibuktikan dengan bersatunya pelukis yang lahir dari berbagai aliran untuk bangkit bersama menggelar pameran. "Tidak semua pelukis bisa kompak menggelar pameran karya, tetapi di Ambarawa hal ini bisa terwujud. Saya pun sebagai penggemar lukisan salut atas kerja sama tersebut," ungkapnya. ( Ranin Agung / CN31 / JBSM )

"Wayang Dan Lima Indera Manusia" 0leh Slamet Priyadi



Pentas Wayang

KAMIS, 03 JANUARI 2013 – Blog Sita: “NUSANTARAKU”:  Dalam buku “Sejarah Wayang Purwa” tulisan R. Harjawiguna, beliau menuturkan, Wayang Purwa adalah sebagai perlambang kehidupan manusia di dunia ini. Adapun asal-usul wayang berawal dari Sang Hyang Manikmaya (Betara guru) dan Sang Hyang Ismaya (Semar) sebagai Dewa. Manikmaya dan Ismaya adalah putra Sang Hyang Tunggal.  Kedua putra itu awalnya berupa cahaya dan terjadinya pada waktu yang bersamaan.  Manikmaya bersinar-sinar sedang Ismaya bercahaya kehitam-hitaman. Kedua cahaya itu berebut tua. 

Melihat ini lalu Sang Hyang Tunggal bersabda, bahwa cahaya kehitam-hitamanlah yang tertua.  Akan tetapi, cahaya kehitaman ini tidak bisa berjiwa sebagai Dewa dan diberi nama Ismaya, yang memiliki sifat-sifat sebagai manusia dan dititahkan agar tetap tinggal di dunia untuk mengasuh turunan Dewa yang berdarah Pandawa  dengan nama Semar yang diwujudkan dalam bentuk tubuh dan rupa manusia berwajak buruk.

         Sedangkan cahaya yang bersinar-sinar diberi nama Manikmaya, dia tetap tinggal di Suralaya (Kerajaan Dewa).  Dengan keputusan ini Manikmaya merasa bangga, karena ia tak punya cacat dan sangat berkuasa. Akan tetapi perasaan bangga dan angkuh semacam itu  justru merupakan kelemahan dan cacat dari Manikmaya karena sebagai dewa seharusnya sifat-sifat seperti itu tak dimiliki oleh seorang dewa.

         Kedua peristiwa ini adalah sebagai perlambang.  Ismaya sebagai lambang badan manusia yang kasar dan Manikmaya sebagai lambang kehalusan bathin manusia.  Jiwa yang kasar (Semar) senantiasa menjaga dan mengendalikan kelima Pandawa sebagai symbol 5 indera manusia yaitu:


1. Yudistira,  Indera hidung
2. Bima, Indera telinga
3. Arjuna, Indera mata
4. Nakula, Indera mata
5. Sadewa, Indera peraba badan

         Kelima indera ini atau kelima Pandawa hendaknya jangan sekali-kali menempuh jalan kesalahan, seperti 1)  Hidung sebagai indra penciuman, jangan hanya senang pada saat mencium bau yang harum dan serba wangi, 2) Telinga sebagai indra pendengaran, jangan hanya mendengarkan pada suara yang merdu, 3) Mata sebagai indra penglihatan, jangan hanya melihat pada keindahan dan sebagainya. 4) Mulut harus dijaga jangan sampai mengucap perkataan yang tidak baik. 5) Tubuh atau badan sebagai indra peraba harus dijaga jangan sampai melakukan sesuatu yang melanggar etika.

         Seyogyanya kelima indera manusia itu, jangan sampai salah dalam penggunaannya, dan harus selalu dijaga. Kebaikan dan keburukan semuanya berasal dari perbuatan kita sendiri. Oleh karena itu sedapat mungkin kedua jalan tersebut dikembalikan pada pertimbangan ketenangan hati dan nurani.

         Inilah tugas Semar untuk menjaga Pandawa agar mereka menjauhi permusuhan dengan Kurawa, ialah nafsu amarah. Akan tetapi Manikmaya (bathin) yang senantiasa menggoda dan mudah mengusik rasa jiwa yang menunjukkan pada kesalahan, maka Pandawa dan Kurawa tak henti-hentinya berperang, hingga pada perang pamungkas perang penghabisan, perang Baratayuda akhirnya dimenangkan oleh pihak Pandawa.

Berkait dengan ini mungkin ada yang beranggapan bahwa Batara Guru atau Manikmaya yang paling benar dan berkuasa segalanya. Akan tetapi ingat, Manikmaya masih memiliki sifat lemah yaitu keangkuhannya yang merasa dirinya paling benar dan paling sempurna. Apabila ia sangat berkuasa dan sempurna tentulah tidak akan ada cacat pada dirinya. Jika memang Manikmaya berkuasa tak terhingga, akan tetapi masih ada kebijaksanaan Semar yang dapat mengatasi kekuasaan Manikmaya tersebut. (Referensi: * Sejarah Wayang Purwa / R.Harjawiguna * Unsur Islam Dalam Pewayangan / Drs. H. Effendi Zarkasi * Karakter Tokoh Pewayangan Mahabarata / Sri Guritno.)

EDITOR:
Sita S.Priyadi